Kamis, 10 Januari 2013

Dampak Sosialisasi Masyarakat Bagi Perkembangan Pendidikan


                                                                        Abstraksi
Sosialisasi masyarakat merupakan sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan  atau nilai dan aturan dari masyarakat terhadap individu dan dapat menghasilkan kebudayaan. Perkambangan pendidikan anak juga memiliki kaitan yang erat dengan sosialisasi masyarakat. Dalam prosesnya sosialisasi juga berkaitan dengan beberapa agen sosialisasi. Sosialisasi masyarakat dan perkembangan pendidikan sendiri memiliki pola dan jenis serta memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.

Bab 1. 
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap individu di masyarakat.  Baik itu pendidikan informal di keluarga, atau pendidikan formal ataupun nonformal yang sekarang telah banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat.  Pandangan masyarakat tentang pendidikan telah berubah. Hal itu terjadi karena tuntutan zaman yang mengharuskan masyarakat untuk menempatkan pendidikan di prioritas pertama.

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat dengan tingkat pendidikan.

Sekolah merupakan pendidikan formal yang digunakan oleh seseorang sebagai media atau alat dalam sosialisasi dan interaksi di masyarakat. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasilainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.

Pendidikan merupakan jasa yang berupa proses pembudayaan, pengertian ini berimplikasi terhadap adanya input dan output. Dalam hal ini yang menjadi input adalah peserta didik, sarana, prasarana, dan lingkungan, sedangkan outputnya adalah jasa pelayanan pendidikan, lulusan atau alumni dan hasil penelitian.

1.2 Rumusan masalah
·         Apa itu Sosialisasi, Tipe Sosialisasi,  Pola Sosialisasi, Proses Sosialisasi dan Pelaku Sosialisasi
·         Menjelaskan Dampak dari Sosialisasi bagi pendidikan.

1.3 Tujuan
·         Memahami secara umum apa itu sosialisasi dan Mengetahui Dampak sosialisasi itu bagi Pendidikan.

  



BAB 2
Pemahaman Tentang Sosialisasi

2.1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :

Charlotte Buhler  : Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.

Peter Berger  : Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Paul B. Horton  : Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Soerjono Soekanto : Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

2.2. Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, Yaitu :

1. Sosialisasi primer (Dalam Keluarga)
Sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Sosialisasi pertama yang dialami individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota masyarakat, dipelajari dalam keluarga

2. Sosialisasi sekunder (Dalam Masyarakat)
Proses berikutnya yang memperkenalkan individu pada lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermian, dan lingkungan kerja.

2.3. Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

2.4 Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola, Yaitu :
  1. Sosialisasi represif : Penggunaan hukuman terhadap kesalahan, penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan peran keluarga sebagai significant other
  2. Sosialisasi partisipatoris : Anak diberi imbalan ketika berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak, dan keluarga menjadi generalized others
2.5 Proses Sosialisasi
Pendapat George Herbert Mead bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.

Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.

Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.

- Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
       
      - Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.

Menurut Charles H. Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.

        
      - Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
        
      - Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya.
- Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.

Dari 3 tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berperan sesuai denganapa yang orang nilai terhadap dirinya. Walaupun penilaian itu sebenarnya belum tentu benar.

2.6  Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu :

Keluarga :
·     Peran agen sosialisasi pada tahap awal  (primer) sangat penting. pentingnya keluarga sebagai  agen sosialisasi pertama terletak pada beberapa kemampuan yang diajarkan dalam tahap ini. Seorang bayi akan belajar berkomunikasi secara verbal dan non vebal pada tahap ini
·     Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan cita-cita, dan nilai dalam keluarga dan masyarakat
·     Contoh : Pola perilaku dam sikap anggota keluarga yang cenderung disiplin akan musah terinternalisasi dalam diri seorang anak sehingga menjadikannya selalu bersikap disiplin

2    Kelompok Teman Sepermainan :
·     Pada tahap ini, anak memasuki game stage, fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain, ia mulai mengenal nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas
·     Contoh : Bermain dengan teman tidak boleh curang atau mau menang sendiri. Apabila curang dan mau menang sendiri, maka teman-temannya tidak akan mau lagi bermain dengannya.

3     Sekolah :
·     Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah disamping membaca, menulis, berhitung adalah aturan mengenai kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifitas
·     Mandiri – Di rumah : Anak dapat mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Di sekolah : Sebagian besar tugasnya harus dilakukan sendiridengan penuh rasa tanggung jawab
·     Prestasi – Di rumah : Peranan seorang anak terkait dengan peranan-peranan yang dimilikinya, seperti peranan sebagai adik atau kakak. Di sekolah : Peranan yang menonjol adalah peranan yang diraih dengan menunjukkan prestasi
·     Universalisme – Di rumah : Anak cenderung mendapatkan perlakuan khusus. Di sekolah : Siswa mendapatkan perlakuan yang sama (universalisme)
·     Spesifitas – Di sekolah : Kegiatan siswa dan penilaian dibatasi secara spesifik, contoh : kekeliruan yang dilakukan siswa dalam pelajaran mat tidak mempengaruhi penilaian gurunya pada pelajaran bahasa Indonesia. Di rumah : Kegiatan anak dan penilaian terhadapnya tidak dilakukan secara spesifik seperti di sekolah.

4    Media massa :
·     Bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau sejumlah besar orang
·     Minat anak-anak terhadap siaran televisi membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi
·     Contoh : Penayangan film-film keras dan brutal melalui televisi dapat menimbulkan perilaku yang keras pada anak

2.7 Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

3. Pendidikan

3.1 Peranan Pendidikan.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkunga itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.

3.2 Fungsi  pendidikan
Fungsi Pendidikan terbagi menjadi 5, yaitu :

1. Pengembangan kecerdasan pikiran dan pengetahuan: sekolah adalah sebuah lembaga yang di samping mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh juga merupakan lembaga penelitian guna pengembangan ilmu dan pengetahuan secara lebih ilmiah. 

2. Spesialisasi: Di dalam fungsi ini, sekolah memberikan bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan secara terpola dan secara sistematis dengan mempertimbangkan bakat dan minat dari peserta didik sehingga mereka mampu menjadi seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidangnya  
     
     3. Sosialisasi: sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam proses sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. 

     4. Konservasi dan transmisi kultural: sekolah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.
  
     5. Transisi dari rumah ke masyarakat: ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri kepada orang tua, maka memasuki sekolah, dia mendapatkan kesempatan untuk melatih diri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.


3.3. Dampak Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan sangatlah luas, meliputi : Sekolah, Tempat Kursus, Privat, Rumah Tangga, Pergaulan Antar Teman, Hubungan dengan Masyarakat, dan lainnya. Dengan kemajuan teknologi informasi, maka pihak orang tua dan guru tidak dapat lagi membatasi lingkungan pendidikan yang semakin luas dan semakin mendunia. Akhirnya perkembangan anak didik menajdi semakin sulit di lihat, baik  oleh gurunya maupun orang tuanya.

A. Dampak positifnya:

1.  Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya,  dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
2.  Dampak positif bagi masyarakat : Dengan banyaknya kelompok ilmiah remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, maka diprediksi angka  kenakalan remaja akan menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul  calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.

B.        Dampak negatifnya  :
1.  Dampak negatif  bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekeewaan, karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
2.  Dampak negatif bagi masyarakat : Masa remaja yang sedang mecari identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.   Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut. Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi. Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.

3.4. Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
  1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
  2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
  3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.


  

BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaiamana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebgaia tripusat. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.

B. Saran
Setiap remaja dan anak didik haruslah berusaha untuk “bersikap terbuka” dengan mau berterus terang kepada orang tuanya/walinya dan gurunya yang dipercaya untuk membicarakan masalah pribadinya dan mendiskusikannya, sehingga ditemukan jalan keluar sebaik-baiknya, bersikap tertutup untuk “masalah-masalah yang berat” adalah kurang tepat. Dengan ditemukannya jalan keluar terbaik, maka semua beban pikiran dan beban mental akan terasa sangat ringan (plong rasanya) dan akan mampu lebih berkonsentrasi kepada pelajaran.




Daftar Pustaka

Strategi Mengajar Untuk Memotivasi Anak Dalam Menempuh Pendidikan

Abstraksi
Di dalam proses suatu pembelajaran untuk perubahan konseptual, seorang pendidik harus memahami pentingnya faktor-faktor dan dampak yang mempengaruhi motivasi anak untuk belajar, termasuk kepribadian yang dapat diterima, sehingga mereka dapat mengikuti proses pembelajaran dengan lebih baik dan bermutu. Cara mempermudah mejalankan strategi untuk memotivasi anak, Seorang pendidik minimal memiliki kepribadian yang unik seperti, kedekatan serta berusaha untuk memahami dan menghargai potensi anak didik dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar.

BAB I

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pergeseran makna pembelajaran, dari pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher oriented) ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student oriented), maka peran guru dalam proses pembelajaran pun mengalami pergeseran, salah satunya adalah penguatan peran guru sebagai motivator dan kreator.
Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangka lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu.
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy".
Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.

1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud strategi ?
2. Apa pengertian dari motivasi ?
3. Srtategi apa saja yang harus dilakukan untuk membangun motivasi dalam proses pembelajaran ?

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tindakan yang dapat membuat semua anak didik menjadi termotivasi untuk belajar dan berprestasi di bidang yang dia sukai.



BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Strategi Dalam Proses Pembelajaran


Strategi ialah upaya untuk melakukan sesuatu dengan melakukan perencanaan terlebih dahulu dengan sangat matang agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan atau dicapai. Strategi dalam pembelajaran ialah tahapan-tahapan yang harus dilakukan agar tujuan pembelajaran tercapai.
Sebagai seorang pengajar, kita mesti mengetahui trik dan tips seputar strategi mengajar anak didik. Dan saat ini pengajar dituntut untuk profesional dalam menjalankan tugas mengajarnya dengan baik.
Sebenarnya ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :
  • Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
  • Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan masyarakat.
  • Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
  • Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan  belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Kiat-kiat dalam mengajar

Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu guru dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: Pendekatan Individual, kelompok, bervariasi, edukatif, pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, keagamaan, Kebermaknaan.

Kedudukan, Pemilihan dan Penentuan Metode dalam Pengajaran

Kedudukan metode mencakup: kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sementara faktor-faktor yang harus diperhatikan ketika melakukan pemilihan dan penentuan metode adalah nilai strategi metode, efektivitas penggunaan metode, pentingnya pemilihan dan penentuan metode, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran (anak didik, tujuan, situasi, fasilitas, pengajar).
Keberhasilan Belajar Mengajar

Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khususnya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya Tujuan Instruksional Khususnya itu, pengajar perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada anak didiknya.
Indikator keberhasilan dapat terlihat pada poin-poin berikut:
  • Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
  • Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus Tujuan Instruksional Khususnya telah dicapai oleh anak didik, baik secara individual maupun kelompok.
Untuk mendukung keberhasilan strategi belajar mengajar, maka harus memperhatikan Media Sumber, Teknik Mendapatkan Umpan Balik, Pengembangan Variasi Mengajar, dan Pengelolaan Kelas.

Beberapa Metode dalam Mengajar
  • Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode-metode mengajar mencakup:
  • Metode Proyek; yaitu cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
  • Metode Eksperimen; yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
  • Metode Tugas dan Resitasi; yaitu metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
  • Metode Diskusi; yaitu cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
  • Metode Sosiodrama; yaitu mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
  • Metode Demonstrasi; cara penyajian bahan pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan.
  • Metode Problem Solving; yaitu menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
  • Metode Karya Wisata; yaitu mengajak siswa belajar keluar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain.
  • Metode Tanya Jawab; yaitu cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.
  • Metode Latihan; yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.
  • Metode Ceramah; yaitu cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.
B. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan atau aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseoarang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, dan didalam motivasi tersebut terdapat tiga komponen yakni motivasi itu diawali terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dukungan yang dapat mendorong ataupun membangkitkan suasana hati seseorang agar orang tersebut mau melakuakan apa yang akan ia kerjakan.

Strategi Untuk Memotivasi

Bagi guru ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, diantaranya:

·  Menjelaskan tujuan belajar mengajar kepeserta didik.
Pada permulaan belajar mengjar seharusnya terlebih dahulu menjelaskankepada siswa kepada tujuan instruksi khusus yang akan dicapai. Semakin jelas tujuan maka semakin besar pula motivasi dalam belajar.
·  Hadiah
Dengan memberi hadiah kepada siswa yang berprestasi, maka akan memacu semangat mereka untuk belajar lebih giat. Dan siswa yang kurang berprestasi pastinya ia akan berusaha agar ia bisa berprestasi seperti temannya.
·  Kompetensi 
Guru mengadakan kompetensi diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian antara siswa satu dengan yang lain akan ada suatu kompetensi secara sehat, masing- masing akan berusaha membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi siswa yang berprestasi.
·  Pujian
Tidak semua pujian akan membangkitkan atau memotivasi siswa. Namun sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian agar terus termotivasi dalam belajar.
·  Hukuman
Guru dapat memberikan hukuman. Dengan adanya hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar berlangsung. Hukuman ini diberikan dengan harapan siswa dapat merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
Bagi orang tua memberi motivasi pada anak dapat dilakukan dengan cara:
·  Memberi rasa nyaman
Anak dapat belajar dengan baik apabila ia merasa nyaman dengan lingkungannya. Rasa nyaman bukan hanya karena ruangan yang sejuk atau indah. Tetapi rasa nyaman yang ia peroleh ketika ia di dalam keluarga. Bdengan demikian anak akan termotivasi untuk berlajar.
·  Beri Kebebasan
Anak akan lebih senang jika ia belajar sesuai dengan kehendaknya (tanpa suruhan atau paksaan). Jadi, biarkan anak untuk berbuat sesuai apa yang ia kehendaki asal tidak melampaui batas.
Dengan cara seperti itu, kitra dapat memberikan suatu pelajaran tanpa harus menyuruh anak belajar. Dengan sendirinya, berarti ia telah belajar mandiri.
·  Beri Perhatian
Kita tahu anak akan senang jika diberi perhatian. Perhatian yang dimaksudkan bukanlah suatu perhatian yang berlebihan. Tetapi perhatian yang dimaksud adalah kita dapat menanyakan anak tentang aktivitas kesehariannya. Misalnya akltivitas saat ia di sekolah. Dengan demikian anak akan berusaha menceritakan aktivitas yang telah ia lalui. Secara tidak langsung, itu akan membuat anak belajar mengingat. Dilain sisi anak akan merasa senang, karena orang tuanmya perhatian pada dirnya.

C. Strategi membangun motivasi dalam proses pembelajaran

1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

2. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar, dengan cara hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa (berkaitan dengan life skill).

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut.

4. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan.

5. Berikan penilaian
Bagi sebagian Peserta didik nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya.

6. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

7. Ciptakan persaingan dan kerja sama
Guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antara kelompok maupun antarindividu. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Masalah motivasi adalah masalah/faktor yang penting bagi peserta didik. Apakah artinya anak didik - mahasiswa pergi sekolah/kuliah tanpa motivasi untuk belajar. Hanya saja tentang motivasi, memang sangat bervariasi dari segi tinggi rendahnya maupun jenisnya, macamnya, maka tugas guru adalah mengkondisikan potensi motive itu untuk terkonsentrasi pada belajar.

Adapun ungkapan motivasi terendah meningkat pada tingkatan yang tinggi oleh Abraham Maslow di antaranya, motivasi yang berakar pada kebutuhan untuk mewujudkan diri, ingin mengembangkan diri sesuai dengan bakat, hal-hal yang berhubungan dengan penambahan ilmu pengetahuan, status sosial dan perbuatan pribadi. Maka setiap guru/dosen berusaha untuk menerapkan prinsip-prinsip motivasi di atas dalam proses pembelajaran, mengingat kunci untuk mengkondisikan siswa/mahasiswa dalam pembelajaran adalah guru/dosen.

Keempat kondisi motivasional tersebut dijelaskan sebagai berikut:
  1.         Attention (perhatian)
  2.          Relevance (relevansi)
  3.          Confidence (kepercayaan diri)
  4.          Satisfaction (kepuasan) Atau ARSC model


Ada beberapa cara untuk menumbuhkam motivasi, diantaranya :
a.       Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

b.      Menjelaskan secara kongkrit kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.

c.       Memberi gambaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik.

d.      Membentuk kebiasaan belajar yang baik,

e.       Membantu kesulitan belajar secara individu/kelompok.

f.       Menggunakan metode yang bervariasi.

Perhatian dari siswa sangatlah penting, guna terciptanya suasanan belajar yang baik. Ada beberapa strategi untuk merangsang minat perhatian siswa, yaitu :

a.       Gunakan metode penyampaian yang bervariasi ( diskusi kelompok, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demontrasi, studi kasus).

b.      Gunakan media (transparasi, film, video tape) untuk melengkapi penyampaian,

c.       Bila dirasa tepat gunakan humor dalam menyampaikan pembelajaran

d.      Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang digunakan.

e.       Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.

Model belajar aktif menciptakan gabungan yang paling bagus untuk peserta didik sekarang. Agar lebih efektif, pendidik hendaknya menggunakan hal-hal sebagai berikut:

a.       Diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian).

b.      Presentasi kelas dan berdebat

c.       Latihan pengalaman, pengalaman lapangan

d.      Simulasi dan studi kasus

  
BAB 3
Penutup

Kesimpulan
Dengan Strategi dan metode belajar yang baik dan mudah di pahami, anak didik akan menjadi termotivasi untuk lebih giat dan lebih tekun untuk belajar, supaya apa yang dia cita – citakan dapat tercapai. dan dengan strategi dan metode yang baik, anak didik bisa dengan mudah mendapatkan ilmu dan memahami ilmu yang sudah ia terima.


Daftar pustaka
http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/

Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan (Sekolah Paket) untuk meningkatkan sumber daya manusia

Abstraksi
 
Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia telah menjadi acuan bagi pemerintah dalam memberikan layanan pendidikan kepada warga masyarakat baik diselenggarakan secara formal maupun non formal. Pendidikan kesetaraan sebagai salah satu alternatif meningkatkan kualitas pendidikan penduduk Indonesia dipandang memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mendorong tercapainya kualitas sumberdaya manusia Indonesia yang semakin baik.
Dengan mengkaji Hal – hal  yang berkaitan dengan potensi dan sumberdaya manusia tentang pendidikan kesetaraan, pembelajaran tentang pendidikan kesetaraan sudah mulai ditinjau dari tingkat pendidikan, sumberdaya yang ada, kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam penyelenggaraan program kesetaraan ini.
 
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
 

Beragam persoalan selalu mengikuti proses penyempurnaan pembangunan di bidang pendidikan Indonesia. Baik di bidang pendidikan formal, non formal maupun informal. Semua bidang memiliki kendala sendiri-sendiri. Pada jalur non formal (program pendidikan kesetaraan khususnya kejar paket A,B dan C)misalnya, hingga kini masih banyak hambatan social masyarakat. Hal ini disebabkan karena orang yang seharusnya mengikuti program pendidikan ini mayoritas berusia di atas 44 tahun, sehingga rata-rata mereka beranggapan, tak ada gunanya melanjutkan ke kesetaraan. Penyebab lainnya karena adanya perasaaan malu di kalangan warga belajar sendiri karena program paket A ini untuk kesetaraan sekolah dasar.
Meski menyadari adanya hambatan, namun pemerintah tatap menjalankan program ini. Karena hal ini merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dari pemerintah untuk memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada setiap warga negaranya untuk mengakses pendidikan.
Karena begitu banyak persoalan-persoalan yang ada pada pendidikan non formal khusuisnya pada program kesetaraan kejar paket A, B dan C maka dalam makalah ini akan membahas tentang program kesetaraan kejar paket A, B dan C.

      Rumusan Masalah 
1.      Apa itu Pendidikan kesetaraan ? 
2.      Peranan dan Tujuan Pendidikan Kesetaraan 
3.      Pelaksanaan dan Proses Pendidikan kesetaraan. 
4.      Kendala yang di hadapi dan sasaran pendidikan kesetaraan.
5.   Sasaran Pendidikan Kesetaraan
6.   Kualitas Pendidikan Kesetaraan.
 
Tujuan Penulisan
 Pendidikan kesetaraan (Sekolah Paket) merupakan salah satu proses pengembangan pendidikan melalui jalur non-formal dan harus diketahui kualitas lulusannya. Maka ditulislah makalah ini agar masyarakat luas khususnya para mahasiswa dapat mengetahui tentang pendidikan kesetaraan juga kualitas lulusannya. 

II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan ini merupakan kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan luar sekolah sebagai suatu sub system pendidikan non formal. Yang dimaksud pendidikan non formal adalah “ pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat”. Dengan adanya batasa pengertian tersebut, rupanya pendidikan non formal tersebut berada antara pendidikan formal dan pendidikan informal.
Pendidikan Kesetaraan adalah salah satu satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang meliputi kelompok belajar (kejar) Program Paket A setara SD/MI, Program Paket B setara SMP/MTs, dan Program Paket C setara SMA/MA yang dapat diselenggarakan melalui Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar Masyarakat (PKBM), atau satuan sejenis lainnya.
Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan mengganti.
 
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, maka salah satu upaya yang ditempuh untuk memperluas akses pendidikan guna mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah melalui pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan non formal yang menyelenggarakan pendidikan umum yang mencakup Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMU).

2. Peranan dan Tujuan Pendidikan Kesetaraan.
2.1. Peranan Pendidikan Kesetaraan.
Peran pendidikan Kesetaraan yang meliputi program Paket A, B dan C sangat strategis dalam rangka pemberian bekal pengetahuan. Penyelenggaraan program ini terutama ditujukan bagi masyarakat putus sekolah karena keterbatasan ekonomi, masyarakat yang bertempat tinggal di daerah-daerah khusus, seperti daerah perbatasan, daerah bencana, dan daerah yang terisolir yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang memadai bahkan juga bagi TKI di luar negeri dan calon TKI.
 
Memahami nilai dan manfaat program pendidikan kesetaraan bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat menjadi salah satu faktor utama yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi pada program yang diselenggarakan dengan antusias.
 
Untuk skala nasional, penyelenggaraan program pendidikan kesetaraan dimaksudkan sebagai upaya untuk mendukung dan mensukseskan program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang merupakan penjabaran dari rencana strategis Departemen Pendidikan nasional yang meliputi perluasan akses, pemerataan, dan peningkatan mutu pendidikan.

2.2. Tujuan Pendidikan Kesetaraan.

Tujuan pendidikan kesetaraan program kejar paket A, B dan C adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar sehingga dpat memiliki pengetahuan , keterampilan.

3. Pelaksanaan Proses Pembelajaran

Beberapa Pendekatan yang digunakan dalam proses Pembelajaran Pendidikan Kesetaraan antara lain :

-       Induktif adalah pendekatan yang membangun pengetahuan melalui kejadian atau fenomena empirik dengan menekankan pada belajar pada pengalaman langsung. Pendekatan ini mengembangkan pengetahuan peserta didik dari permasalahan tang paling dekat dengan dirinya. Membangun pengetahuan dari serangkaian permasalahan dan fenomena yang dialami oleh peserta didik dan yang diberikan oleh tutor, sehingga peserta didik dapat membuat kesimpulan dari serangkaian penyelesaian masalah yang dibuat.

-       Tematik adalah pendekatan yang mengorganisasikan pengalaman dan mendorong terjadinya pengalaman belajar yang meluas tidak hanya tersekat-sekat oleh batasan pokok bahasan, sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dan menumbuhkan kerjasama.

-       Konstruktif adalah satu pendekatan yang sesuai dalam pembelajaran berbasis kompetensi, di mana peserta didik membangun pengetahuannya sendiri. Dalam pendekatan ini peserta didik telah mempunyai ide tersendiri tentang suatu konsep yang belum dipelajari. Ide tersebut mungkin benar atau tidak. Peranan tutor yaitu untuk membetulkan konsep yang ada pada peserta didik atau untuk membentuk konsep baru.

-       Partisipatif andragogis adalah pendekatan yang membantu menumbuhkankerjasama dalam menemukan dan menggunakan hasi-lhasil temuannya yang berkaitan dengan lingkungan sosial, situasi pendidikan yang dapat merangsang pertumbuhan dan kesehatan individu, maupun masyarakat.

4. Kendala yang dihadapai dalam Pendidikan Kesetaraan

Mengajak warga masyarakat untuk belajar di kelompok belajar (Kejar) paket tidaklah mudah. Sesuai denga sebutannya yakni Kejar, kita betul-betul harus mengejar para calon warga belajar ini. Memotivasi mereka dan menjelaskan akan pentingnya pendidikan. Untuk itu memang perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pendekatan terhadap sasaran didik ini. Maklumlah, mereka adalah orang-orang yang bermasalah. Bermasalah dalam artian berkaitan dengan berbagai masalah seperti masalah ekonomi sehingga membuat mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya di pendidikan formal.
 
Faktor-faktor yang paling sering mempengaruhi kegagalan mereka melanjutkan pendidikan formalnya antara lain yang paling signifikan adalah faktor ekonomi. Oleh karena itulah faktor ekonomilah yang lebih mereka perhatikan dari pada pendidikan. Pada saat melaksanakan proses belajar ini juga sarat dengan menghadapi berbagai kendala seperti warga belajar yang bermalas-malasan. Kendala lainya adalah masalah cuaca yang kurang bersahabat. Terutama sekali saat-saat musim penghujan. Pada musim penghujan biasanya warga belajar malas keluar rumah untuk diajak belajar.
 
Untuk memberikan semangat (motivasi) kepada warga belajar agar tetap senang belajar, maka pengelola program pendidikan kesetaraan diharapkan juga mendirikan Taman bacaan masyarakat (TBM), yaitu merupakan sarana belajar bagi masyarakat untuk memperoleh informasi dan mengembangkan pengetahuan guna memenuhi minat dan kebutuhan belajarnya yang bersumber dari bahan bacaan dan bahan pustaka lainnya. Ini semacam perpustakaan mini dan tersebar untuk menjangkau masyarakat yang jauh dari layanan perpustakaan. Ada dua sasaran prioritas utama sasaran pendirian taman bacaan masyarakat, pertama untuk peningkatan minat baca masyarakat dan kedua untuk memelihara kemampuan keaksaraan masyarakat. Disamping itu, diharapkan keberadaan TBM bisa menjadai tempat berkumpul warga masyarakat untuk sekedar ngobrol mempererat silaturahim tukar informasi untuk memperkaya wawasan. Dengan demikian TBM pun bisa berfungsi sebagai ruang publik untuk melakukan sosialisasi diri, termasuk mempromosikan/mengenalkan program-program pendidikan nonformal kepada masyarakat.

5. Sasaran Pendidikan Kesetaraan
      Berikut ini adalah sasaran Pendidikan Kesetaraan, yaitu :
    1. Kelompok masyarakat usia 15 – 44 yang belum tuntas wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. 
    2. Kelompok masyarakat yang membentuk komunitas belajar sendiri dengan flexi learning seperti komunitas sekolah rumah atau komunitas e- learning.
     
      Penduduk yang terkendala ke jalur formal karena berbagai hal berikut:
·  1. Potensi khusus seperti pemusik, atlet, pelukis dll,
·  2. Waktu seperti pengrajin, buruh, dan pekerja lainnya,
·  3. Geografi seperti etnik minoritas, suku terasing dan terisolir,
·  4. Ekonomi seperti penduduk miskin dari kalangan petani, nelayan, penduduk kumuh dan miskin perkotaan, pekerja rumah tangga, dan tenaga kerja wanita,
·  5. Keyakinan seperti warga pondok pesantren yang tidak menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah), bermasalah sosial/hukum seperti anak jalanan, korban Napza, dan anak Lapas. 
5.1     Karakteristik Sasaran Pendidikan Kesetaraan
Kelompok Usia  15 – 44 tahun, yang terdiri dari dua kelompok :
·         Kelompok usia 13-15 tahun (3 tahun di atas usia SD/MI) terdapat 583.487 orang putus SD/MI, dan 1,6 juta lebih yang tidak sekolah SD/MI.
·         Kelompok  usia  16-18  tahun  terdapat 871.875 orang putus SMP/MTs, dan 2,3 juta lebih yang lulus SD/MI tetapi tidak melanjutkan ke SMP/MTs.

5.2 Macam-macam Pendidikan Kesetaraan 

PAKET A:
·         Belum menempuh pendidikan di SD, dengan prioritas kelompok usia 15-44 tahun.
·         Putus sekolah dasar,
·        Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
·        Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan keyakinan)
PAKET B:
·          Lulus Paket A/ SD/MI, belum menempuh pendidikan di SMP/MTs dengan prioritas kelompok usia 15-44  tahun.
·          Putus SMP/MTs,
·         Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
·         Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial dan hukum, dan  keyakinan)
PAKET C:
·          Lulus Paket B/SMP/MTs,
·          Putus SMA/M.A, SMK/MAK,
·         Tidak menempuh sekolah formal karena pilihan sendiri,
·         Tidak dapat bersekolah karena berbagai faktor (potensi, waktu, geografi, ekonomi, sosial, hukum dan keyakinan)

6. Kualitas Lulusan Pendidikan Kesetaraan Dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia            Pendidikan dilakukan untuk meningkatkan penampilan individu (SDM)  sesuai tugas yang diembannya atau kemampuan lain yang berkaitan dengan tugas itu, serta menimbulkan motivasi kerja.
Menurut Samuelson (1995: 752) sumber daya manusia diartikan sebagai modal dalam bentuk pengetahuan teknis dan keterampilan pada suatu lingkup pekerjaan sebagai hasil inventasi dari pendidikan dan pelatihan.
Hasil pembelajaran dari Pendidikan Kesetaraan adalah hasil belajar yang diperoleh warga belajar setelah terlibat dalam proses pembelajaran dan bermanfaat bagi warga belajar untuk  meningkatkan hidupnya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga negara serta memungkinkan warga belajar memenuhi persyaratan untuk bekerja dan/atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam Pendidikan Kesetaraan, pengaruh outcome merupakan tujuan akhir dari program. Memperhatikan komponen pengaruh yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan akan tampak pada perubahan dalam aktivitas kegiatan lulusan dalam mengaplikasikan hasil pembelajaran yang telah diikuti dalam kehidupannya pada lingkungan keluarga, masyarakat maupun dalam lingkungan kerjanya.
      Pengaruh tersebut meliputi :      
    1. Perubahan taraf hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau berwirausaha.         
  2. Membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan.
  3. Peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, baik partisipasi buah  pikiran, tenaga, harta benda dan dana
Dalam Pendidikan Program Paket, dampak yang diperoleh kelulusan setelah mengikuti pembelajaran diantaranya, yaitu :
  1. Adanya kedisiplinan dalam mengikuti pekerjaan, bekerja sesuai dengan aturan dan tata tertib di lapangan.
  2. Pengembangan diri, termasuk di dalamnya ada peningkatan belajar mandiri, kemampuan untuk menjalin komunikasi dengan atasan maupun dengan rekan kerja, ramah, terbuka dan adanya partisipasi di lingkungan kerja.

BAB 3
Kesimpulan.
Pendidikan kesetaraan harus memperhatikan kualitas lulusannya itu terbukti dengan berbagai Keahlian yang mengharuskan peserta didiknya memiliki keterampilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki keterampilan untuk menghadapi dunia kerja serta keterampilan untuk berwirausaha.

Daftar Pustaka
http://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com/2012/05/14/pendidikan-kesetaraan-2/