Kearifan budaya Lokal (Masyarakat Melayu)
A.
PENDAHULUAN
Masyarakat yang
ada di Kalimantan Barat merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai suku
dan agama. Pada Masyarakat
Kalimantan Barat sendiri sudah tercipta suatu
kerukunan
yang telah berlangsung sudah sangat lama. Jika dilihat dari
perkembangan sukunya, masyarakat yang
ada di daerah Kalimantan Barat terdiri dari masyarakat Dayak, namun sesuai dengan perkembangan pada masyarakat Kalimantan Barat yang tinggal di
pedalaman, bagi mereka yang menetap di
daerah pesisir dan kota, mereka menyebutkan dirinya
dengan suku Melayu. Suku Melayu sangat identik dengan pemeluk Agama Islam. Budaya Melayu
bersumberkan nilai-nilai dari ajaran Islam. Seseorang bias dikatakan orang Melayu adalah : bias
berbahasa
Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam.
Falsafah suku Melayu itu sangat berpegang teguh pada hukum Agama Islam atau ketentuan hukum dan ketentuan itu sendiri berdasarkan Al
Qur’an dan Hadist. Ada sebuah pendapat dari seseorang yaitu Vallentijn (1712M)
ia mengatakan bahwa ”Masyarakat melayu itu Melayu sangat
cerdik, sangat pintar dan manusia yang sangat sopan di seluruh Asia dan juga sangat baik,
sopan-santun, lebih pembersih dalam cara hidupnya”
maju.
maju.
Salah satu karakteristik orang Melayu adalah jujur dalam
berdagang, berani mengarungi lautan,
jarang
terlibat dalam soal kriminal, sangat bangga kepada tegaknya
hukum dan jiwa pada dirinya adalah bidang kesenian, nelayan dan perairan.
Adapun ciri-ciri
dari bangsa Melayu menurut para penguasa kolonial Belanda, Inggris serta para sarjana asing antara lain sebagai berikut:
1.
Seseorang disebut Orang Melayu apabila ia
beragama Islam, berbahasa Melayu dalam sehari-harinya , dan beradat istiadat
Melayu. Adat Melayu itu sangat
teguh terhadap hukum, yang berdasarkan kitabullah.
2.
Sangat
berpegang teguh kepada yang Esa. Artinya ia tetap menerima takdir, pasrah
dan selalu bertawakal kepada Allah.
3.
Orang Melayu selalu membantu
dalam penegakan
hukum.
4.
Orang Melayu sangat
mengutamakan
budi dan bahasa, itu juga menunjukan sopan-santun
dan tinggi kepada siapa saja.
5.
Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan Ilmu.
6.
Orang Melayu mementingkap
budi pekerti seperti berbicara tidak kasar,
berpakian rapi ,
mengikuti ajaran tentang menjauhi pantang larangan
7.
Orang Melayu mengutamakan musyawarah dan mufakat sebagai keputusan dan seni kehidupan sosial.
Keadaan bias ini terlihat pada
acara perkawinan, kematian, selamatan mendirikan rumah dan lain-lain. Orang
Melayu harus bermusyawarah/mufakat dengan kerabat atau handai taulan agar mendapatkan suatu kesepakatan
bersama agar tercegahnya pendapat-pendapat yang tidak baik.
8.
Orang Melayu ramah dan terbuka kepada tamu,
keramahtamahan dan keterbukaan orang Melayu terhadap segala pendatang (tamu)
terutama yang beragama Islam,
9.
Orang Melayu baru
akan melawan jika sudah dalam keadaan terdesak.
B. Masalah
Masyarakat melayu memiliki pergeseran
nilai-nilai budaya, nilai-nilai itu terdapat
pada
upacara ataupun ungkapan –ungkapan yang berlaku pada masyarakat melayu itu yang semakin
jarang diungkapkan oleh generasi muda. Suatu
ungkapantradisional
yang masih hidup dan sering digunakan di kalangan
masyarakat Melayu Kalbar belum banyak
yang tertarik sehingga dikhawatirkan akan hilang diakibatkan
karena timbulnya pengaruh kemajuan
dari berbagai bidang tersebut, yang sangat utama yaitu kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap
hari semakin berkembang dengan pesat, sehingga sangat mungkin akan dapat
menimbulkan dampak yang negatif dalam kehidupan mental bangsa Indonesia. Selain
itu dengan banyaknya media-media modern yang memberikan informasi kepada masyarakat dengan sangat cepat
dan sulit untuk di control. Sehingga berpengaruh bagi mental generasi bangsa
Indonesisa.
C. Upacara Dan Ungkapan – Ungkapan Tradisional Masyarakat Melayu Kalbar
C. Upacara Dan Ungkapan – Ungkapan Tradisional Masyarakat Melayu Kalbar
1.
Menetak air takan putus, Ditetak air tidak putus, Dicencang
air tidak akan putus
Sekalipun air dicencang, air tersebut tidak akan pernah putus
Sekalipun air dicencang, air tersebut tidak akan pernah putus
Ungkapan
ini adalah untuk menyatakan bahwa darah atau hubungan saudara darah tidak akan
putus dengan dalil apapun. Maksudnya tidak ada satu hal pun yang bias memutuskan hubungan persaudaraan atau hubungan
darah dari keluarga, misalnya
hubungan antara kaka dan adik, sekalipun mereka bertengkar atau berkelahi
antara satu dengan yang lainnya, tetapi hubungan persaudaraan atau hubungan
sedarah di antara mereka tidak akan putus.
2.
Rupa nan padang tekukur, Seperti padang burung tekukur.
Ungkapan ini menggambarkan sesuatu tempat
yang sangat sunyi dan sepi. Biasanya tempat tersebut
ramai dikunjungi oleh orang atau sanak keluarga yang bertemu ke rumah keluarga
tersebut, sehingga menimbulkan suasana yang sangat ramai. Ketika mereka telah
pulang ke rumahnya masing-masing suasana rumah tersebut menjadio sepi kembali.
3. Bagai kuyit dengan kapor, Seperti kunyit dengan kapur
Ungkapan ini menyatakan ada suatu obat yang sangat mujarab atau ampuh untuk mengobati suatu penyakit. Maksudnya adalah bahwa penyakit yang dapat diobat tertentu akan sembuh dalam yang singkat. Seperti kuyit yang tadinya berwarna kulit kuning akan nampak menjadi segar kembali.
4. Rupa bawang tunggal, Seperti bawang tunggal, Bawang merah yang terdiri dari satu siung saja, tidak diikuti oleh siung-siung yang lainnya.
3. Bagai kuyit dengan kapor, Seperti kunyit dengan kapur
Ungkapan ini menyatakan ada suatu obat yang sangat mujarab atau ampuh untuk mengobati suatu penyakit. Maksudnya adalah bahwa penyakit yang dapat diobat tertentu akan sembuh dalam yang singkat. Seperti kuyit yang tadinya berwarna kulit kuning akan nampak menjadi segar kembali.
4. Rupa bawang tunggal, Seperti bawang tunggal, Bawang merah yang terdiri dari satu siung saja, tidak diikuti oleh siung-siung yang lainnya.
Ungkapan
ini diucapkan untuk menyatakan suatu
pujian
kepada seseorang yang memiliki hidung sangat
mancung, dan ungkapan ini berlaku kepada siapa saja. Karena
kemancungaannya itu mempercantik
wajahnya.
5. Bagai pecah di lidah
Ungkapan ini menyatakan tentang keenakan dan kenikmatan suatu makanan. Ungkapan ini untuk menyampaikan suatu citarasa makannya yang sangat enak rasanya. Dan juga untuk memuji sesorang yang memasak makan yang sangat lezat itu.
Ungkapan ini menyatakan tentang keenakan dan kenikmatan suatu makanan. Ungkapan ini untuk menyampaikan suatu citarasa makannya yang sangat enak rasanya. Dan juga untuk memuji sesorang yang memasak makan yang sangat lezat itu.
6. Bagai hari kiamat, Bagaikan hari kiamat.
Ungkapan ini menggambarkan keadaan hari kiamat, diucapkan ungkapan ini untuk jika keadaan hari hujan yang sangat deras dan diikuti dengan suara petir yang dahsyat dan keras, disertai hembusan angin yang sangat kencang, sehinggadikatakan sebagai hari kiamat
Ungkapan ini menggambarkan keadaan hari kiamat, diucapkan ungkapan ini untuk jika keadaan hari hujan yang sangat deras dan diikuti dengan suara petir yang dahsyat dan keras, disertai hembusan angin yang sangat kencang, sehinggadikatakan sebagai hari kiamat
7. Tikus membaikan labu
Maksud
ungkapan ini untuk menyatakan tentang suatu
pekerjaan tugas yang dilakukan oleh
seseorang tapi pekerjaan itu sebenarnya bukan
merupakan pekerjaan dan
tanggungjawabnya.
8. Mulutnya celang celup
Ungkapan ini adalah
sindiran kepada
seseorang yang suka ikut campur urusan dan pembicaraa orang
lain, sebenarnya ia tidak mengetahui bahkan tidak mengerti
sama sekali awal dari pembicaraan
tersebut yang dibicarakan. Tetapi ia selalu
ikut-ikutan berbicara seakan
– akan ia
mengerti dan merasa tau terhadap
persoalan tersebut.
9. Bagai sapi dijujuk idungnya, Usah membawa ayam laki-laki, Jangan membawa tabiat seperti ayam jago atau
ayam jantan,
Jangan berlaku atau bersikap seperti ayam jantan.
Ungkapan
sindiri kepada kelompok orang dewasa dan kelompok anak-anak yang suka
bertingkah laku seprti orang yang sok berani atau yang suka bersikap gagahan. Dan juga merupakan
sindiran terhadap orang
yang tidak pandai beradaptasi dengan lingkungannya, ia hanya bertingkah laku
menurut kemauannya sendiri tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat tempat tinggalnya. Biasanya orang seperti ini tidak disenangi
masyarakat.
10. Bagai suara keriang
10. Bagai suara keriang
Ungkapan
ini ditujukan pada orang-orang yang mempunyai suara yang melengking, suaranya
tidak terlalu besar, tetapi kalau berbicara suaranya menjadi melengking
bagaikan suara keriang
D. Penutup
1. Kesimpulan
Ungkapan dari budaya masyarakat melayu merupakan salah satu unsur budaya bangsa serta sumber yang bisa memberikan banyak informasi dan pengetahuan kepada masyarakat lain di luar Kalimantan barat, karena ungkapan – ungkapan itu banyak mengandung nilai-niai yang bagus untuk masyarakat seperti : nasehat, pesan, serta petunjuk-petunjuk yang baik untuk kita dari Zaman dahulu sehingga sekarng ini yang bisa berguna bagi kehidupan manusia.
Pentingnya isi yang terkandung pada ungkapan tradisional masyarakay melayu tersebut maka perlu dilakukan langkah upaya untuk melestarikannya. Caranya yaitu dengan melakukan pendataan dan pengkajian terhadap ungkapan-ungkapan yang masih sering digunakan di dalam masyarakat Melayu Kalbar tersebut. Pada setiap ungkapan tersebut dapat digali nilai-nilai baik dan psotif seperti nasihat, pujian maupun sindiran yang biasa terjadi dikalangan masyarakat Melayu Kalbar, dan ungkapan tersebut dapat di pelajari dengan baik untuk para orang tua, maupun anak-anak, supaya tidak berprilaku seperti yang terdapat di dalam ungkapan tersebut di atas dan dapat menjadi suri teladan yang baik bagi mereka dalam kehidupannya.
Ungkapan dari budaya masyarakat melayu merupakan salah satu unsur budaya bangsa serta sumber yang bisa memberikan banyak informasi dan pengetahuan kepada masyarakat lain di luar Kalimantan barat, karena ungkapan – ungkapan itu banyak mengandung nilai-niai yang bagus untuk masyarakat seperti : nasehat, pesan, serta petunjuk-petunjuk yang baik untuk kita dari Zaman dahulu sehingga sekarng ini yang bisa berguna bagi kehidupan manusia.
Pentingnya isi yang terkandung pada ungkapan tradisional masyarakay melayu tersebut maka perlu dilakukan langkah upaya untuk melestarikannya. Caranya yaitu dengan melakukan pendataan dan pengkajian terhadap ungkapan-ungkapan yang masih sering digunakan di dalam masyarakat Melayu Kalbar tersebut. Pada setiap ungkapan tersebut dapat digali nilai-nilai baik dan psotif seperti nasihat, pujian maupun sindiran yang biasa terjadi dikalangan masyarakat Melayu Kalbar, dan ungkapan tersebut dapat di pelajari dengan baik untuk para orang tua, maupun anak-anak, supaya tidak berprilaku seperti yang terdapat di dalam ungkapan tersebut di atas dan dapat menjadi suri teladan yang baik bagi mereka dalam kehidupannya.
2. Saran-Saran
Suku Melayu yang berada di daerah Kalimantan Barat ini tidak saja hanya suku Melayu Sambas, tetapi ada juga Melayu Pontianak, Mempawah, Sintang melayu Sanggau dan lainnya. Kita juga perlu untuk mendata dan mengkaji ungkapan yang terdapat di dalam masyarakat suku Melayu tersebut agar ungkapan-ungkapan yang pernah digunakan di dalam masyarakat itu tidak hilang begitu saja dan dapat di lestarikan dengan baik, sehingga terhindar dari kepunahannya.
3. Daftar Pustaka :
1. Harsono Dibyo, 1997. Memudarnya Masyarakat Tradisional Kasus Kampung Melayu. Balai Kajian Jarahnitra Tanjugpinang
2. Asnaini. 1995. Ungkapan-Ungkapan tradisional Masyarakat Melayu Sambas
3. Sosrowardoyo Pandil,dkk. 1985.80. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Barat .
Suku Melayu yang berada di daerah Kalimantan Barat ini tidak saja hanya suku Melayu Sambas, tetapi ada juga Melayu Pontianak, Mempawah, Sintang melayu Sanggau dan lainnya. Kita juga perlu untuk mendata dan mengkaji ungkapan yang terdapat di dalam masyarakat suku Melayu tersebut agar ungkapan-ungkapan yang pernah digunakan di dalam masyarakat itu tidak hilang begitu saja dan dapat di lestarikan dengan baik, sehingga terhindar dari kepunahannya.
3. Daftar Pustaka :
1. Harsono Dibyo, 1997. Memudarnya Masyarakat Tradisional Kasus Kampung Melayu. Balai Kajian Jarahnitra Tanjugpinang
2. Asnaini. 1995. Ungkapan-Ungkapan tradisional Masyarakat Melayu Sambas
3. Sosrowardoyo Pandil,dkk. 1985.80. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Barat .
http://yulinuriislamiah.wordpress.com/2013/01/19/kearifan-kebudayaan-lokal-masyarakat-melayu/
23 April 2013 Jam 13.49