Indonesia ialah Negara kepulauan
yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beraneka ragam bahasa, suku dan kebudayaan.
Ragam bahasa merupakan suatu penggunaan bahasa yang bervariasi, bermacam-macam
dan berbeda-beda yang digunakan oleh si penutur kata tersebut. Hal seperti ini
merupakan semacam interaksi berkomunikasi yang tidak semua orang mengerti
maksud dari pembicaraan tersebut dan dengan bahasa Indonesia semua bias
mengerti maksud dari pembicaraan itu.
Ragam bahasa juga disebabkan oleh
banyaknya wilayah dengan bahasa khas dari kebudayaan setiap daerahnya sejak
zaman dulu. Dengan bahasa Indonesia, keanekaragaman bahasa suatu daerah itu
menjadi bahasa yang bias kita pahami dan mengerti.
Ragam bahasa pada pokoknya terdiri
dari 2 bagian, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Disampaikan melalui alat ucap (mulut) kepada
lawan bicara adalah maksud dari ragam bahasa lisan. Sedangkan, ragam bahasa
tulis ialah suatu penyampaian yang kita
lakukan dengan alat tulis yang nantinya kita tulis kedalam kertas dan dengan
tata cara penulisan yang sesuai dengan apa yang mau kita ungkapkan.
Terdapat beberapa perbedaan
antara ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
Pada bagian ragam lisan sebagai berikut :
- Ragam lisan : Unsur – unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bahasa yang digunakan itu dapat dibantu dengan gerakan, mimik muka, pandangan, anggukan dan nada bicara/intonasi.
- Ragam lisan : Sangat terikat dengan kondisi, situasi, suasana, ruangan dan waktu. Pada saat berbicara secara lisan didalam sebuah ruang kelas, itu hanya berlaku disaat waktu itu saja. Saat perbincangan dalam ruang kelas di mulai, belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di sekitarnya.
- Ragam lisan : Bisa dipengaruhi oleh tinggi rendanya dan panjang pendeknya suara pada saat berbicara maupun memberi penjelasan.
Pada bagian ragam tulis sebagai berikit :
- Ragam tulis : sangat tidak terikat pada kondisi, situasi, suasana, ruangan dan waktu. Suatu tulisan dalam sebuah buku yang diterbitkan pada tahun 1990 masih bisa dibaca dan di pahami oleh orang yang hidup pada tahun 2014.
- Ragam tulis : Fungsi gramatikal harus nyata, karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan kita untuk berbicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang di ajak untuk berbicara mengerti isi tulisan itu.
- Ragam tulis : Dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf bercetak miring sebagai penjelas suatu penyampaian agar dapat dimengerti oleh pembaca tulisan tersebut.
Berikut ini merupakan
perbandingan dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis yang berdasar dari
penggunaan bentuk kata, kosakata, dan struktur kalimat.
1.
Penggunaan bentuk kata.
1.1. Ragam
lisan
- Fotocopy sertifikat juara lomba harus “dilegalisir dulu“ oleh masing – masing sekolah.
- Retno “ngeliat “ kecelakaan itu secara langsung.
- Ragil hari ini “tugas mengajar” di LAB SI.
1.2. Ragam
tulis
- Fotocopy sertifikar juara lomba harus “dilegalisasi dahulu” oleh masing – masing sekolah.
- Retno “melihat” kecelakaan itu secara langsung.
- Ragil hari ini “bertugas mengajar” di LAB SI.
2.
Penggunaan kosakata
2.1. Ragam lisan
- Jadwal rapat ini “gak” bisa “dirubah” lagi.
- Boyke “nemui” jalan buntu pada saat pulang.
- Perjalanan menuju bandara agak macet “disebabkan karena” para pendemo yang turun kejalanan.
2.2. Ragam tulis
- Jadwal rapat ini “tidak” bisa “diubah” lagi.
- Boyke “menemukan” jalan buntu pada saat pulang.
- Perjalanan menuju bandara agak macet “disebabkan oleh” para pendemo yang turun kejalanan.
3.
Penggunaan struktur kalimat
3.1. Ragam lisan
- “Meskipun” dia pegawai restoran, “tetapi” mereka tidak dilarang untuk memakan makanan yang ada di restoran.
- Saat ujian nasional dia sangat “tergantung” oleh jawaban temannya.
- “Karena” mendapat banyak saran yang berbeda-beda “akhirya” ia semakin binggung untuk mengerjakan tugasnya.
3.2. Ragam tulis
- “Meskipun” dia pegawai restoran, mereka tidak dilarang untuk memakan makanan yang ada di restoran.
- Saat ujian nasional dia “bergantung” oleh jawaban temannya.
- “Karena” mendapat banyak saran yang berbeda-beda, ia semakin binggung untuk mengerjakaan tugasnya.
Selain ragam bahasa Lisan dan
Tulis. Ada juga ragam bahasa ilmiah, semi ilmiah dan non ilmiah. Penjelasananya
ialah sebagai berikut :
- Ragam Bahasa Ilmiah
Bahasa Ilmiah merupakan suatu artikel yang
didalamnya terdapat nilai atau syarat dalam keilmuan. Maksudnya, dalam bahasa
ilmiah itu seseorang harus menggunakan metode ilmiah saat sedang membahas
permasalahan serta menggunakan prinsip keilmuan secara logis dan sistematis. Jika
di tinjau dari Kamus, Ilmiah memiliki arti karya tulis yang lengkap dan
disajikan kedalam suatu laporan.
- Ragam bahasa semi ilmiah
Bahasa semi ilmiah adalah sebuah karangan
mengenai ilmu pengetahuan yang memberikan fakta dan menurut metodologi
penulisannya dilakukan dengan baik dan benar, menggunakan bahasa formal dan
didukung oleh fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya. Bentuk karangan semi
ilmiah seperti, artikel, opini, tips, dan reportase.
- Ragam bahasa non ilmiah.
Bahasa non ilmiah adalah sebuah karangan dari
ilmu pengetahuan yang memberikan / menyajikan fakta dan ditulis secara
metodologi penulisan yang baik dan benar. Salah satu ciri yang ada dalam non
ilmiah ceritanya berupa sebuah rekaan. Maksudnya, dalam penulisannya tidak
boleh sembarangan pada unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Contoh karangan
non ilmiah yaitu dongeng, cerpen, novel, puisi, hikayat dan lain-lain.
Sebagai salah satu contohnya ialah seperti berikut :
ini adalah contoh dari non ilmiah dengan bentuk cerpen.
Sebagai salah satu contohnya ialah seperti berikut :
ini adalah contoh dari non ilmiah dengan bentuk cerpen.
PENTINGNYA BERSIKAP UNTUK MEMIMPIN
Pentingnya
bersikap untuk menjadi pemimpin merupakan tuntutan, dimana untuk mengambil
berbagai sikap yang menjadi panutan untuk setiap orang mengambil sikap untuk di
katakan dapat menghargai, mengambil sikap agar tidak merugikan sebelah pihak,
dan mengambil sikap agar tidak disalahkan orang orang lain. Dalam pengambilan
sikap tak jauh sesorang yang berjiwa pemimpin harus siap untuk di salahkan,
harus siap untuk di komentari baik atau buruknya, harus siap pula untuk di
tentang oleh banyak orang yang tak sependat dengan fikiran.
Untuk
seribu banyak komentar orang tentang tindakan kita, orang yang berjiwa pemimpin
harus mempunyai jiwa yang tidak mudah putus asa, emosional yang stabil, karena
siap untuk di komentari orang buruk sekalipun dengan menyetarakan emosional
yang baik agar tidak menjadi sikap emosi yang terlalu mengutamakan egoisme.
Berbicara
tentang Pemimpin, setiap orang mempunyai jiwa kepemimpinan hanya saja untuk
membentuknya perlu proses tidak segampang untuk membalikkan telapak tangan,
orang yang telah memiliki jiwa pemimpin saja terkadang ada waktunya mengeluh,
lelah, bahkan emosi yang melunjak tidak terkontrol dengan baik.
Suatu
prinsip yang terpenting adalah ketika organ tubuh kita yang di berikan oleh
tuhan digunakan dengan sebaik baiknya. Ada mata pergunakan untuk melihat, ada telinga
pergunakan untuk mendengar. tanamkan
dalam hati bahwa sebagai pemimpin yang baik harus mempunyai prinsip untuk
melakukan segala sesuatu baik tindakan ataupun hal yang dapat merangsang orang
untuk berkomentar, dan perlu keyakinan bahwa kita akan melakukan sesuatu yang
baik dan terbaik meskipun segala sesuatu pasti terdapat omongan dan komentar
dari setiap orang mau itu buruk ataupun baik.
Menjadi
pemimpin bukan lah hal yang mudah sebab sikap sikap kepemimpinan bukan dari
bakat sejak lahir atau pun dengan mempelajari dalam beberapa jam menit hal itu
dapat terwujud, melainkan Sikap kepemimpinan merupakan sebuah proses yang terus
menerus dalam tahap menjadi. Jadi sikap kepemimpinan dalam diri seseorang bukan
sesuatu yang sifatnya pasti, tetap atau juga stagnan. Sikap itu terus membangun
diri melalui serangkaian tempaan, sejalan dengan semakin matangnya pola pikir
serta kedewasaan sikap.Sikap itu bukan sesuatu yang bisa mencapai tahap finish.
Serangkaian proses yang tak pernah usai tersebut menjurus pada satu tujuan,
menjadi pemimpin yang sesungguhnya.
Selain
sikap sekaligus tantangan bagi pemimpin ideal, pemimpin juga diharapkan mampu
menjalani komunikasi dengan baik. Komunikasi adalah sebuah penengah (medium)
antara pemimpin dan anggota. Komunikasi adalah kekuatan sekaligus kekuasaan.
Ada pepatah "tak ada yang satu hal pun yang tak dapat diciptakan atau
dihancurkan atau dapat diperbaiki dengan kata-kata", di mana kata adalah
moda utama komunikasi. Selain itu seorang pemimpin harus mempunyai tujuan visi
dan misi apa yang dilakukan,seorang pemimpin harus bersikap ramah pada
siapapun, memiliki sifat yang fleksibel terhadap semua orang,dan dalam suatu
organisasi seorang pemimpin tidak terlepas dari bebgai anggota anggota nya
untuk mencapai sesuatu perlu kerjasama tim yang tidak terlepas karena manusia
tidak akan bisa hidup untuk sendiri sudah hukum alam.
Untuk
orang yang banyak memilki komentar yakinlah jadikan tersebut sebagai tujuan
kita untuk maju dan terus berusaha memberikan yang terbaik. Dan yakinlah belum
tentu orang tersebut dapat melakukan apa yang kita lakukan selagi apa yang kita
lakukan itu baik. Toh pasti di setiap proses untuk menjalani hidup ada
orang-orang yang sirik dalam kehidupan kita.