Kamis, 10 Januari 2013

Dampak Sosialisasi Masyarakat Bagi Perkembangan Pendidikan


                                                                        Abstraksi
Sosialisasi masyarakat merupakan sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan  atau nilai dan aturan dari masyarakat terhadap individu dan dapat menghasilkan kebudayaan. Perkambangan pendidikan anak juga memiliki kaitan yang erat dengan sosialisasi masyarakat. Dalam prosesnya sosialisasi juga berkaitan dengan beberapa agen sosialisasi. Sosialisasi masyarakat dan perkembangan pendidikan sendiri memiliki pola dan jenis serta memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.

Bab 1. 
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.
Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap individu di masyarakat.  Baik itu pendidikan informal di keluarga, atau pendidikan formal ataupun nonformal yang sekarang telah banyak bermunculan di tengah-tengah masyarakat.  Pandangan masyarakat tentang pendidikan telah berubah. Hal itu terjadi karena tuntutan zaman yang mengharuskan masyarakat untuk menempatkan pendidikan di prioritas pertama.

Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan, sebab kualitas kehidupan suatu bangsa sangat erat dengan tingkat pendidikan.

Sekolah merupakan pendidikan formal yang digunakan oleh seseorang sebagai media atau alat dalam sosialisasi dan interaksi di masyarakat. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasilainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Peran sekolah dinilai sangat penting bagi maju dan berkembangnya masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak di kemudian hari.

Pendidikan merupakan jasa yang berupa proses pembudayaan, pengertian ini berimplikasi terhadap adanya input dan output. Dalam hal ini yang menjadi input adalah peserta didik, sarana, prasarana, dan lingkungan, sedangkan outputnya adalah jasa pelayanan pendidikan, lulusan atau alumni dan hasil penelitian.

1.2 Rumusan masalah
·         Apa itu Sosialisasi, Tipe Sosialisasi,  Pola Sosialisasi, Proses Sosialisasi dan Pelaku Sosialisasi
·         Menjelaskan Dampak dari Sosialisasi bagi pendidikan.

1.3 Tujuan
·         Memahami secara umum apa itu sosialisasi dan Mengetahui Dampak sosialisasi itu bagi Pendidikan.

  



BAB 2
Pemahaman Tentang Sosialisasi

2.1. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :

Charlotte Buhler  : Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.

Peter Berger  : Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Paul B. Horton  : Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Soerjono Soekanto : Sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada warga masyarakat yang baru.

2.2. Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, Yaitu :

1. Sosialisasi primer (Dalam Keluarga)
Sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Sosialisasi pertama yang dialami individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota masyarakat, dipelajari dalam keluarga

2. Sosialisasi sekunder (Dalam Masyarakat)
Proses berikutnya yang memperkenalkan individu pada lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermian, dan lingkungan kerja.

2.3. Tipe sosialisasi
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang berbeda. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

2.4 Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola, Yaitu :
  1. Sosialisasi represif : Penggunaan hukuman terhadap kesalahan, penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan peran keluarga sebagai significant other
  2. Sosialisasi partisipatoris : Anak diberi imbalan ketika berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak, dan keluarga menjadi generalized others
2.5 Proses Sosialisasi
Pendapat George Herbert Mead bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.

Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri.

Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa.

- Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran.
       
      - Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas.

Menurut Charles H. Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.

        
      - Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
        
      - Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya.
- Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.

Dari 3 tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan berperan sesuai denganapa yang orang nilai terhadap dirinya. Walaupun penilaian itu sebenarnya belum tentu benar.

2.6  Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu :

Keluarga :
·     Peran agen sosialisasi pada tahap awal  (primer) sangat penting. pentingnya keluarga sebagai  agen sosialisasi pertama terletak pada beberapa kemampuan yang diajarkan dalam tahap ini. Seorang bayi akan belajar berkomunikasi secara verbal dan non vebal pada tahap ini
·     Melalui interaksi dalam keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan cita-cita, dan nilai dalam keluarga dan masyarakat
·     Contoh : Pola perilaku dam sikap anggota keluarga yang cenderung disiplin akan musah terinternalisasi dalam diri seorang anak sehingga menjadikannya selalu bersikap disiplin

2    Kelompok Teman Sepermainan :
·     Pada tahap ini, anak memasuki game stage, fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain, ia mulai mengenal nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas
·     Contoh : Bermain dengan teman tidak boleh curang atau mau menang sendiri. Apabila curang dan mau menang sendiri, maka teman-temannya tidak akan mau lagi bermain dengannya.

3     Sekolah :
·     Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah disamping membaca, menulis, berhitung adalah aturan mengenai kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifitas
·     Mandiri – Di rumah : Anak dapat mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Di sekolah : Sebagian besar tugasnya harus dilakukan sendiridengan penuh rasa tanggung jawab
·     Prestasi – Di rumah : Peranan seorang anak terkait dengan peranan-peranan yang dimilikinya, seperti peranan sebagai adik atau kakak. Di sekolah : Peranan yang menonjol adalah peranan yang diraih dengan menunjukkan prestasi
·     Universalisme – Di rumah : Anak cenderung mendapatkan perlakuan khusus. Di sekolah : Siswa mendapatkan perlakuan yang sama (universalisme)
·     Spesifitas – Di sekolah : Kegiatan siswa dan penilaian dibatasi secara spesifik, contoh : kekeliruan yang dilakukan siswa dalam pelajaran mat tidak mempengaruhi penilaian gurunya pada pelajaran bahasa Indonesia. Di rumah : Kegiatan anak dan penilaian terhadapnya tidak dilakukan secara spesifik seperti di sekolah.

4    Media massa :
·     Bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau sejumlah besar orang
·     Minat anak-anak terhadap siaran televisi membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi
·     Contoh : Penayangan film-film keras dan brutal melalui televisi dapat menimbulkan perilaku yang keras pada anak

2.7 Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.

3. Pendidikan

3.1 Peranan Pendidikan.
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manuia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal ( sekolah ) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkunga itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.

3.2 Fungsi  pendidikan
Fungsi Pendidikan terbagi menjadi 5, yaitu :

1. Pengembangan kecerdasan pikiran dan pengetahuan: sekolah adalah sebuah lembaga yang di samping mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh juga merupakan lembaga penelitian guna pengembangan ilmu dan pengetahuan secara lebih ilmiah. 

2. Spesialisasi: Di dalam fungsi ini, sekolah memberikan bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan secara terpola dan secara sistematis dengan mempertimbangkan bakat dan minat dari peserta didik sehingga mereka mampu menjadi seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidangnya  
     
     3. Sosialisasi: sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam proses sosialisasi, yaitu proses membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi dengan baik di masyarakat. 

     4. Konservasi dan transmisi kultural: sekolah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.
  
     5. Transisi dari rumah ke masyarakat: ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri kepada orang tua, maka memasuki sekolah, dia mendapatkan kesempatan untuk melatih diri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.


3.3. Dampak Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan sangatlah luas, meliputi : Sekolah, Tempat Kursus, Privat, Rumah Tangga, Pergaulan Antar Teman, Hubungan dengan Masyarakat, dan lainnya. Dengan kemajuan teknologi informasi, maka pihak orang tua dan guru tidak dapat lagi membatasi lingkungan pendidikan yang semakin luas dan semakin mendunia. Akhirnya perkembangan anak didik menajdi semakin sulit di lihat, baik  oleh gurunya maupun orang tuanya.

A. Dampak positifnya:

1.  Dampak positif bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kemajuan yang pesat dalam hasil belajarnya, jika semua lingkungan pendidikan saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : Kesibukan belajarnya di sekolah diikuti dengan berpartisipasi dalam kelompok ilmiah remaja, di luar sekolahnya,  dan didorong dengan motivasi dan fasilitas dari keluarganya, sehingga siswa dapat mengaplikasikan semua pengetahuannya secara nyata.
2.  Dampak positif bagi masyarakat : Dengan banyaknya kelompok ilmiah remaja, dan kelompok lainnya yang melaksanakan kegiatan yang bersifat positif dan konstruktif, maka diprediksi angka  kenakalan remaja akan menurun, bukan saja masyarakat akan lebih tenang, tapi juga akan muncul  calon tokoh masyarakat di masa depan dari remaja-remaja yang berprestasi.

B.        Dampak negatifnya  :
1.  Dampak negatif  bagi siswa : Seorang siswa akan mengalami kesulitan belajar, jika semua lingkungannya tidak saling mendukung satu sama lainnya, umpamanya : keluarganya pecah/broken home dan urakan, lingkungan pergaulannya rusak dengan narkoba dan dekadensi moral, dan pelajarannya dianggap kurang sesuai dengan tuntutan suasana kerja, dan lain-lain. Jika pihak orang tua mengharapkan segalanya dari pendidikan formal/sekolah adalah harapan yang kurang tepat, dan kemungkinan akan mengalami kekeewaan, karena semua lingkungan pendidikan yang tidak saling mendukung, akan menghambat hasil belajar yang maksimal dari setiap anak didik.
2.  Dampak negatif bagi masyarakat : Masa remaja yang sedang mecari identitas diri, jika salah pergaulan dalam lingkungannya, akan menyusahkan masyarakat. Jika mereka bergaul dengan kelompok pencandu narkoba, mereka akan menjadi pecandu narkoba. Jika bergaul dengan kelompok teroris, mereka akan menjadi teroris, dan lain-lain.   Sedangkan mereka belum mampu berfikir kritis, dan belum mampu untuk menolak ajakan/rayuan/jebakan dari kelompok-kelompok tersebut. Tidak adanya kepedulian serta sikap tidak mau tahu, dan acuh dari anggota masyarakat, terhadap kegiatan kelompok remaja, akan memperburuk situasi. Sikap menyalahkan remaja juga bukan sikap yang bijaksana, tetapi akhirnya tetap saja masyarakat sendiri yang akan menanggung resiko yang mahal.

3.4. Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan Manusia
Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni:
  1. pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya
  2. pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
  3. pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal. Terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara lingkungan yang satu dengan lingkungan yang lain.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia. Lingkungan sekolah sebagai bekal keterampilan dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh di keluarga dan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri.


  

BAB 3
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Proses mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang unggul baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaiamana sistem pendidikan dijalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Antara lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebgaia tripusat. Pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.

B. Saran
Setiap remaja dan anak didik haruslah berusaha untuk “bersikap terbuka” dengan mau berterus terang kepada orang tuanya/walinya dan gurunya yang dipercaya untuk membicarakan masalah pribadinya dan mendiskusikannya, sehingga ditemukan jalan keluar sebaik-baiknya, bersikap tertutup untuk “masalah-masalah yang berat” adalah kurang tepat. Dengan ditemukannya jalan keluar terbaik, maka semua beban pikiran dan beban mental akan terasa sangat ringan (plong rasanya) dan akan mampu lebih berkonsentrasi kepada pelajaran.




Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar