KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirot tuhan yang
maha esa atas rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini merupakan panduan bagi para mahasiswa, untuk belajar dan
mempelajari lebih lanjut tentang Ilmu Sosial Dasar Dalam Bidang Pendidikan ini.
Yang bertujuan dapat menumbuhkan proses belajar mandiri, agar kreativitas dan
penguasaan materi pelajaran optimal sesuai dengan yang di harapkan.
Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu mahasiswa dalam
mengetahui tentang bagaimana bersosialisasi dengan baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam
belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari bapak/ ibu
dan juga teman-teman tetap saya harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan untuk
belajar ke depan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Pendidikan di Indonesia
B. Kualitas Pendidikan di Indonesia
C. SOLUSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan
- Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap bangsa di dunia ini
menghendaki kemajuan dan kemakmuran, tidak terkecuali bangsa Indonesia, di
dalam pembukaan (preambule) UUD 1945 termaktub tujuan bangsa Indonesia diantaranya
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mau tidak mau hal tersebut harus
diperjuangkan melalui pendidikan. Setiap komponen bangsa harus bahu membahu
mensukseskan pendidikan di Inonesia, kita seyogyanya berusaha untuk mewujudkan
pendidikan yang benar-benar berkualitas dalam rangka mencetak putra-putri
bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas.
Namun pada pelaksanaanya upaya
tersebut menemui banyak sekali masalah, diantaranya adalah rendahnya kualitas
guru, tidak memenuhinya sarana dan prasarana, rendahnya kualitas input peserta
didik, dan lingkungan sekitar yang tidak mendukung terlaksananya proses KBM
secara optimal. Akan tetapi segudang masalah tersebut jangan sampai membuat
kita bermalas diri dan pesimis terhadap masa depan dunia pendidikan di Indonesia.
Justru sebaliknya, kita harus semakin bersemangat membangun pondasi pendidikan
yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh anak bangsa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana karakteristik dan keadaan pendidikan di
Indonesia ?
2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia ?
3. Apa penyebab rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia ?
4. Apakah solusi bagi permasalahan pendidikan di
Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
Dengan ditulisnya makalah ini
diharapkan akan menjadi sebuah stimulus(rangsangan) bagi pembaca untuk
mengidentifikasi permasalahan-permasalahan pendidikan yang terjadi di
Indonesia, mencari penyebabnya untuk kemudian mencari pemecahan bersama atas
masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut ini marilah kita ikuti
uraian makalah tentang masalah-masalah pendidikan di Indonesia, yang mencoba
untuk memadukan gagasan dan fakta agar tercipta pembahasan yang komprehensif
dan mudah dipahami untuk mendapatkan tanggapan dari semua pihak.
A. Karakteristik Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia apabila
merujuk pada Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, meningkatkan iman dan akhlak mulia, serta memajukan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Idealnya pendidikan di Indonesia adalah mengedepankan
pembentukan sikap peserta didik agar siap untuk belajar baru menguasai IPTEK.
Pola pendidikan di Indonesia juga
diarahkan pada penanaman nilai-nilai luhur pancasila yang meliputi ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan. Dengan konsentrasi pada
penanaman nilai-nilai tersebut diharapkan peserta didik mampu menghayati apa
yang terkandung di dalam pancasila dan mengaktualisasikanya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara baik dalam ruang lingkup nasional maupun multinasional.
Pendidikan di Indonesia mencoba
untuk menggunakan student center learning atau pembelajaran berpusat
pada siswa, sehingga menuntut siswa untuk bergerak aktif dalam memperkaya
sendiri ilmu pengetahuanya, sedangkan posisi guru hanya sebagai fasilitator.
B. Kualitas Pendidikan di Indonesia
Secara terus terang, memang harus
kita akui kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan,
bagaimana tidak ?. Tiga dekade lalu Negara Malaysia belajar ke Indonesia
tentang masalah kependidikan namun kini terbalik, kita yang harus banyak
belajar dari mereka tentang kependidikan. Rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia tentunya bukan tanpa sebab. Hampir seluruh faktor pendukung
pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran atau apabila tidak mau disebut
kemunduran, faktor-faktor tersebut mengalami stagnasi, sedangakan tuntutan
zaman begitu keras dan cepat dan seluruh bangsa-bangsa lain di dunia telah
bergerak ekstra cepat untuk menjadi yang terbaik, akan tetapi bangsa kita masih
terus-menerus dihadapkan pada permasalahan klasik yang entah kapan baru bias
berakhir. Berikut ini beberapa faktor yang paling dominant mempengaruhi
permasalahan pendidikan di Indonesia :
1. Rendahnya kualitas infrastruktur fisik.
Di Indonesia dapat kita jumpai
dengan sangat mudah sekolah-sekolah yang atapnya hamper jebol, dindingnya
hamper roboh, dan kerusakan fisik lainya. Hal ini terjadi secara hamper
menyeluruh yaitu dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, selain
kondisi bangunan yang memprihatinkan masih banyak kita jumpai sekolah-sekolah
yang belum memilki sarana pendukung pembelajaran seperti perpustakaan,
laboratorium bahkan gedung sekolah didirikan diatas lahan orang lain atau lahan
sengketa sehingga menganggu kenyamanan KBM siswa apabila sampai terjadi konflik.
Data Balitbang Depdiknas (2003)
menyebutkan untuk SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa
serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut, sebanyak
364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62 mengalami kerusakan
ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Keadaan yang
serupa juga terjadi pada MI, SMP, MTS, SMA, dan SMK.
2. Rendahnya kualitas guru
Yang menjadi permasalahan pokok
adalah rendahnya profesionalitas seorang guru dan kemampuanya dalam
marencanakan, melakasanakan, dan menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, pelatihan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sesuai dengan UU
Nomor 20 Tahun 2003.
Ada yang lebih miris lagi, bahwa
berdasarkan penelitian banyak guru di Indonesia yang dikatakan tidak layak
mengajar pada tahun 2003 untuk guru SD yang layak mengajar hanya 21,07 %
(negeri) dan 29,84 % swasta. Untuk SMP 54,12 % (Negeri) dan 60,99 (swasta),
untuk SMA 65,29 % (negeri) dan 64,73 % (swasta).
Tidak mengherankan melihat angka
tersebut apabila menilik pada riwayat pendidikan sang guru, karena rata-rata
pndidikan mereka adalah D II, masih jarang guru yang memiliki pendidikan
S1(khususnya guru SD) apalagi S2 atau S3.
3. Dampak positif dan negatif sertifikasi.
Program sertifikasi bagi guru dan
dosen yang digulirkan oleh kementrian pendidikan nasional baru-baru ini adalah
salah satu upaya untuk meningkatkan profesioanlitas guru serta meningkatkan
kesejahteraan mereka, memang bagi beberapa kalangan program ini cukup berhasil
karena benar-benar mampu meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru,
namun tidak dapat kita pungkiri, banyak sekali oknum-oknum guru yang memperoleh
sertifikasi dengan cara-cara yang tidak halal, bukan meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, alih-alih justru menciptakan masalah baru. Pengeluaran
Negara untuk membayar sertifikasi terasa sangat sia-sia apabila hanya untuk
mebayar guru bersertifikasi dengan ijazah atau sertifikat palsu. Sedangkan
kinerja mereka tidak mengalami peningkatan sama sekali, karena orientasi hanya
pada materi (uang).
4. Rendahnya prestasi siswa
Peserta didik di Indonesia pada
umumnya memiliki daya kompetisi yang rendah, secara umum pencapaian nilai para
siswa Indonesia kalah jauh apabila dibandingkan dengan pelajar-pelajar Malaysia
dan Singapura yang notabene masih sau wilayah regional. Dalam hal pembangunan
kualitas sumber daya manusia United Nation For Development Program ( UNDP)
mencatat Indonesia selalu menduduku posisi dibawah 100 dari 177 negara hingga
tahun 2011.
Dalam hal kemampuan membaca
siswa-siswi kita juga termasuk kategori yang memprihatinkan, rata-rata skor
kemampuan untuk membaca bagi siswa kelas IV SD diberbagai Negara adalah sebagai
berikut :
Negara
|
Skor
|
Hongkong
|
75,5
|
Singapura
|
74,0
|
Thailand
|
65,1
|
Filipina
|
52,6
|
Indonesia
|
51,7
|
Tabel : Skor kemampuan membaca beberapa negara
Peringkat Indonesia yang terseok-seok juga bukan hanya pada tataran pendidikan dasar, akan tetapi menyeluruh hingga perguruan tinggi Indonesia juga berada pada rangking yang tidak begitu baik, padahal potensi yang sangat besar sebenarnya ada pada diri bangsa kita.
5. Kurangnya pemerataan pendidikan
Pemerataan pendidikan didukung
dengan lokasi yang strategis serta kemauan yang kuat dari pemerintah untuk
memeratakan pendidikan di Indonesia, merupakan fakta yang tidak terbantahkan
bahwa di Indonesia khusunya wilayah terpencil atau pedalaman tidak terdapat
sekolah, apabila ada sekolah juga dengan kondisi yang sangat memprihatinkan
dengan ketiadaan tenaga pengajar serta buku-buku pelajaran. Sementara di
kota-kota besar dapat dengan mudah kita jumpai sekolah-sekolah yang ber kelas
internasional dengan segala fasilitas yang mendukung, maka tidak mengherankan
apabila banyak anak-anak kota yang berhasil menyabet medali emas pada ajang
olimpiade SAINS tingkat dunia, maka secara positive thinking dapat kita
bayangkan tidak menutup kemungkinan anak-anak kita yang berada di pedalaman
memiliki potensi yang lebih besar dari mereka yang berada dikota senadainya
didukung dengan segala infrastruktur pendidikan yang memadai.
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan
Indikasi permasalahan ini dapat kita
lihat dengan tingginya angka pengangguran di Indonesia, hal ini menunjukkan
bahwa banyak lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang tidak mampu menembus
bursa kerja, baik karma faktor rendahnya kompetensi maupun faktor lain yang
mengindikasikan pendidikan tidak mampu menjamin atau minimal meberi harapan
yang terang bagi para lulusan sekolah atau perguruan tinggi.
7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan yang murah dan
berkualitas tentunya menjadi harapan semua orang, sebenarnya pendidikan di
Indonesia apabila dibanding dengan Negara-negara maju yang tidak memakai system
free cost education termasuk murah akan tetapi karena rendahnya
pengahsilan masyarakat yang memperkuat asumsi kemahalan itu. Memang semenjak
digulirkanya program Bantuan Operasional Sekolah(BOS) pada tahun 2009,
pembayaran SPP bagi siswa/siswi SD,SMP kecuali RSBI dan SBI telah digratiskan,
namun mereka masih harus membeli buku yang mahal untuk bahan penunjang
pendidikan, apalagi sekolah RSBI dan SBI yang masih harus membayar pendidikan
yang mahal ditambah buku pendidikan yang mahal pula, maka tidak mengherankan
apabila muncul opini yang semakin hari semakin banyak di amini oleh masyarakat
bahwa pendidikan berkualitas hanya bias dijangkau oleh golongan yang mampu.
8. Beban mata pelajaran yang terlalu berat
Kurikulum di Indonesia terlalu
memaksakan siswa untuk menguasai banyak pelajaran secara sekaligus, hal ini
tentunya sangat memberatkan siswa karena mereka akan mengalami sebuah fenomena
yang kurang menyenangkan, apabila mereka menyukai sebuah mata pelajaran, mereka
akan secara intensif mempelajarinya, namun apabila mereka tidak menyukai
pelajarn tersebut, mereka akan apatis sehingga nilai mereka anjlok di mata
pelajaran tersebut.
9. Ujian Nasional
Setiap tahun siswa-siswi untuk
jenjang SD,SMP/MTS,dan SMA/SMK dihadapkan pada sebuah momok yang dianggap
menakutkan, banyak diantara mereka yang stress dibuatnya, momok ini adalah
ujian nasional, Ujian yang akan menentukan lulus atau tidaknya siswa ini memang
sudah dipadukan dengan Ujian Sekolah dengan porsi 60% untuk UN dan 40% Untuk
ujian sekolah, akan tetapi, hal ini tetap masih memberatkan siswa yang memiliki
fasilitas pendidikan serba terbatas, karena standar pendidikan yang mereka
poleh tentu sangat berbeda dengan sekolah yang memiliki fasilitas lengkap. Maka
tidak mengherankan apabila banyak sekolah atau oknum pendidkan yang melakukan
kecurangan dengan mencari bocoran-bocoran soal atau jawaban UN, hal ini akan
semakin memperburuk citra pendidikan di Indonesia.
10. Standarisasi Pendidikan di Indonesia.
Dalam upayanya mewujudkan pendidikan
yang berkualitas kementrian pendidikan nasional menggulirkan program akreditasi
dan standarisasi sekolah di Indonesia, namun pada pelaksanaanya program ini
juga tidak sepi dari masalah yang tak kunjung ada penyelesainya, barangkali
masalah ini tidak disadari oleh si empunya gagasan, berdasarkan pengalaman
penulis apabila guru-guru disuatu sekolah tengah disibukkan oleh aktifitas
untuk mempersiapkan akreditasi, mereka sering sekali meninggalkan tugas
utamanya yaitu mengajar, memang system yang digunakan guru untuk mensiasati
masalah ini sudah cukup baik untuk menuntut kemandirian siswa, akan tetapi
budaya “disuapi” masih tumbuh subur dikalangan siswa/siswi kita. Kelas
dibiarkan kosong melompong dan aktifitas belajar siswa tidak diawasi, bukan
kemajuan pendidikan yang didapatkan namun penurunan kualitas pendidikan tidak
bias ditutup-tutupi terjadi dibeberapa sekolah yang mengalami proses akreditasi
ketat.
C. SOLUSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA.
Begitu pelik dan rumitnya permasalah pendidikan di Indonesia, dibutuhkan keseriusan penanganan dari semua pihak, beberapa langkah yang dapat dilakukan pihak yang berkait dengan masalah pendidikan di Indonesia adalah :
Meningkatkan terus anggaran APBN dan APBD sesuai
dengan amanah UUD yaitu :
- Minimal 20%
dari anggaran pemerintah sehingga perlahan namun pasti akan terjadi peningkatan
kualitas fisik maupun alat penunjang lainya yang mendukung berjalanya proses
KBM.
-
Menggulirkan
program sertifikasi guru yang benar-benar selektif dengan penugasan-penugasan
yang terpantau, bahwa guru-guru tersebut berhak memperoleh gelar guru
professional. Selain itu juga hendaknya mulai dirintis penerapan system
reward and punishment bagi seluruh tenaga pendidik, agar daya kompetisi
mereka dalam meningkatkan kompetensi tetap terjaga dengan baik.
- Memperhatikan
pemenuhan gizi anak-anak Indonesia sejak balita dengan meningkatkan anggaran
kesehatan dan program kesehatan masyarakat seperti posyandu, karena dengan
pemenuhan gizi yang baik, niscaya akan meningkatkan kecerdasan anak yang
nantinya bermuara pada kemampuan anak mengikuti pembelajaran disekolah, selain
itu dunia pendidikan di Indonesia hendaknya menumbuhkan minat baca yang besar
bagi anak-anak dengan berbagai varian cara, sehingga kompetensi membaca anak
Indonesia makin meningkat.
-
Pemrintah
melalaui KEMDIKNAS hendaknya juga mulai meningkatkan akses pendidikan bagi
anak-anak yang berada didaerah terpencil, dengan memberikan stimulus bagi para
guru dan siswa didaerah terpencil agar mau menyelenggarakan KBM dengan optimak
dan giat. Stimulus ini sifatnya juga harus diawasi dan akan dihentikan apabila
ada pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab.
-
Sistem
pendidikan nasional juga diarahkan bukan hanya untuk mencetak siswa yang
memiliki kemampuan kognitif tinggi, akan tetapi juga untuk mencetak generasi
yang tangguh terhadap tantangan global, materi kewirausahaan dirasa sangat
perlu diajarkan sejak dini, agar jutaan ide kreatif yang dihasilkan putra-putri
bangsa bias tersalurkan dengan baik, dengan harapan tidak ada lagi pengangguran
dimasa mendatang.
-
Pemerintah
juga seyogyanya meningkatkan penyediaan beasiswa berkeadilan bagi pelajar yang
berprestasi dan kurang mampu sehingga mereka dapat menikmati pendidikan dengan
baik tanpa harus dipusingkan dengan masalah biaya, agar mereka bias semakin
produktif menyumbangkan pemikiranya untuk bangsa dan negara.
-
Kurikulum
pendidikan di Indonesia sebaiknya juga jangan membebani siswa dengan beban yang
terlalu berat, yaitu dengan banyaknya mata pelajaran yang harus ditempuh, nampaknya
bijak kiranya apabila siswa diberikan kesempatan untuk memilih beberapa mata
pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya agar lebih optimal dalam
mengikuti pembelajaran disekolah.
Ujian Nasional memang masih menjadi
momok yang menakutkan bagi pelajar SD,SMP dan SMA di Indonesia, namun penulis
memiliki saran, sebaiknya ujian nasional cukup dilaksanakan bagi siswa SMP dan
SMA saja, karena pemerintah telah menggalakan program wajib belajar 9 tahun,
akan menjadi sebuah ironi apabila pemerintah menyuarakan warganya agar
berseklolah hingga SMP, namun banyak yang putus ditengah jalan karena tidak
lulus Ujian Nasional di Sekolah Dasar.
Program akreditasi sekolah hendaknya
juga dirancang sedemikian rupa agar jangan sampai mengganggu aktivitas KBM
siswa, karena tujuan pendidikan utamanya adalah mencetak generasi baru yang
unggul bukan sekolah yang unggulan, dimana terlahir generasi yang unggul
disuatu sekolah, maka sekolah tersebut pasti akan menjadi sekolah unggulan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia mau tidak
mau harus kita akui masih sangat tertinggal dari negara-negara lain di dunia,
di wilayah regional saja seperti ASEAN Indonesia tertinggal dari Malaysia dan
Singapura hal ini diakibatkan beberapa faktor yang sangat kompleks dan harus
segera ditangani secara serius agar mimpi mewujudkan kehidupan bangsa yang
cerdas dapat segera terwujud.
B. SARAN
Pemerintah khususnya kementrian
pendidikan nasional harus segera menata den berbenah diri untuk mengejar
ketertinggalan ini, dengan berupaya terus meningkatkan kualitas fisik sekolah
maupun kualitas tenaga pengajar dan memformulasikan kurikulum yang tepat bagi
pelajar Indonesia.
C. DAFTAR PUSTAKA
Pidarta,Prof,Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar